Cara Menghitung Penyusutan Depresiasi Aset

Cara menghitung penyusutan atau depresiasi aset. Penyusutan adalah pengurangan nilai aset seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini dilakukan untuk mencatat kerugian aset yang terjadi karena penggunaannya atau penuaan seiring dengan penggunaannya dalam operasi bisnis.

Daftar Isi

Pengertian Penyusutan Depresiasi Aset

Pengertian Penyusutan atau depresiasi adalah pengurangan nilai aset tetap seiring dengan berjalannya waktu karena penggunaannya atau penuaan. Hal ini terjadi karena aset tetap mengalami penurunan nilai atau kegunaan seiring dengan penggunaannya dalam operasi bisnis.

Penyusutan menjadi penting dalam akuntansi karena memungkinkan perusahaan untuk mencatat pengurangan nilai aset dan mengganti aset yang rusak atau usang. Penyusutan juga mempengaruhi laporan laba rugi perusahaan karena dihitung sebagai biaya operasional.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung penyusutan, termasuk metode garis lurus, metode angka tahun, dan metode unit produksi. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan perusahaan harus memilih metode yang paling sesuai dengan situasi mereka.

Perhitungan penyusutan dilakukan dengan mengurangi nilai aset tetap secara berkala selama masa penggunaannya. Nilai penyusutan dihitung dengan membagi nilai aset tetap dengan umur manfaatnya dan mengalikan hasilnya dengan jumlah tahun yang telah berlalu. Contohnya, jika sebuah mesin dihargai $100.000 dan memiliki umur manfaat selama 10 tahun, maka nilai penyusutan setiap tahunnya adalah $10.000 (yaitu $100.000 / 10 tahun).

Setelah nilai penyusutan dihitung, nilai buku aset tetap dapat dihitung dengan mengurangi nilai penyusutan dari nilai aset tetap awal. Nilai buku aset tetap menggambarkan nilai aset tetap yang tersisa setelah dikurangi dengan nilai penyusutan yang telah terjadi.

Aset tetap adalah aset yang dimiliki oleh perusahaan dan digunakan untuk menjalankan operasi bisnis dalam jangka waktu yang lama atau lebih dari satu tahun. Aset tetap juga dikenal sebagai "fixed assets" atau "property, plant, and equipment" (PPE).

Contoh aset tetap yang umum ditemukan dalam perusahaan adalah gedung, tanah, mesin, kendaraan, perlengkapan kantor, dan peralatan produksi. Aset tetap ini memiliki nilai yang signifikan dan diperlukan untuk memungkinkan perusahaan menjalankan operasinya dengan baik.

Aset tetap memiliki nilai yang berkurang seiring dengan berjalannya waktu karena penggunaannya dan depresiasi. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menghitung penyusutan atau depresiasi aset tetap secara berkala. Hal ini akan membantu perusahaan mencatat kerugian aset yang terjadi dan mengganti aset yang rusak atau usang.

Aset tetap juga memiliki nilai yang dapat dijual atau dikonversi menjadi uang tunai. Namun, proses ini mungkin memerlukan waktu dan biaya, dan nilai jual aset tetap mungkin berbeda dari nilai bukunya.

Dalam akuntansi, aset tetap dicatat sebagai investasi jangka panjang di neraca perusahaan dan dihitung sebagai bagian dari modal aset. Hal ini juga membantu perusahaan mengukur kinerjanya dan mengevaluasi kebutuhan modal untuk investasi masa depan.

Penyusutan biasanya dilakukan pada aset tetap yang tidak mudah dijual atau dikonversi menjadi uang tunai seperti gedung, kendaraan, mesin, atau perlengkapan kantor. Dalam akuntansi, penyusutan aset tetap dihitung sebagai biaya operasional dan dicatat sebagai beban di laporan laba rugi perusahaan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa metode yang umum digunakan untuk menghitung penyusutan aset. Metode yang akan dibahas antara lain metode garis lurus, metode angka tahun, dan metode unit produksi. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, jadi penting untuk memilih metode yang tepat untuk situasi tertentu.

Faktor yang mempengaruhi Penyusutan Depresiasi Aset

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya depresiasi atau penyusutan aset antara lain:

  1. Harga perolehan atau nilai aset: semakin tinggi harga perolehan atau nilai aset, maka semakin besar pula nilai depresiasi yang akan diperoleh.
  2. Masa manfaat atau umur aset: semakin lama masa manfaat atau umur aset, maka semakin kecil nilai depresiasi yang diperoleh.
  3. Metode depresiasi yang digunakan: seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap metode depresiasi memiliki rumus yang berbeda-beda dan dapat mempengaruhi besarnya nilai depresiasi.
  4. Tingkat penggunaan aset: semakin sering aset digunakan, maka semakin cepat pula nilai depresiasi yang akan terjadi.
  5. Kondisi fisik aset: semakin buruk kondisi fisik aset, maka semakin cepat pula nilai depresiasi yang terjadi.
  6. Kebijakan perusahaan: perusahaan dapat memiliki kebijakan tersendiri terkait depresiasi atau penyusutan aset, misalnya menetapkan tingkat depresiasi yang lebih tinggi atau lebih rendah dari standar yang berlaku.

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, perusahaan dapat memilih metode depresiasi yang paling sesuai untuk aset yang dimilikinya, sehingga dapat mengoptimalkan alokasi biaya aset yang terdepresiasi dalam periode waktu tertentu.

Manfaat Menghitung Penyusutan Aset

Menghitung penyusutan aset memiliki manfaat yang sangat penting bagi perusahaan, di antaranya:

  1. Mengalokasikan biaya aset secara merata dalam periode waktu tertentu: Dengan menghitung penyusutan aset, perusahaan dapat mengalokasikan biaya aset yang sudah terdepresiasi secara merata dalam periode waktu tertentu, sehingga biaya tersebut tidak terkonsentrasi pada satu periode saja.
  2. Menentukan nilai aset yang sebenarnya: Nilai aset yang tercatat pada buku akuntansi biasanya tidak selalu sama dengan nilai aset yang sebenarnya. Dengan menghitung penyusutan aset, perusahaan dapat mengetahui nilai aset yang sebenarnya pada akhir periode tertentu.
  3. Menentukan nilai buku aset: Dalam menghitung penyusutan aset, perusahaan juga dapat menentukan nilai buku aset pada akhir periode tertentu, yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan penilaian ulang terhadap aset tersebut.
  4. Meningkatkan akurasi laporan keuangan: Penghitungan penyusutan aset yang akurat akan memberikan dampak positif pada akurasi laporan keuangan perusahaan, sehingga perusahaan dapat memberikan informasi yang transparan dan terpercaya terkait kondisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
  5. Mematuhi regulasi yang berlaku: Perusahaan diwajibkan untuk mematuhi regulasi yang berlaku terkait penghitungan depresiasi atau penyusutan aset. Dengan melakukan penghitungan yang sesuai dengan regulasi yang berlaku, perusahaan dapat menghindari sanksi atau denda dari pihak berwenang.

Dengan memperhatikan manfaat di atas, maka penting bagi perusahaan untuk melakukan penghitungan penyusutan aset secara tepat dan akurat, sesuai dengan metode yang paling sesuai dengan jenis aset yang dimilikinya.

Cara Metode Menghitung Depresiasi Penyusutan Aset

Penyusutan atau depresiasi aset merupakan bagian penting dari akuntansi bisnis yang bertujuan untuk mengurangi nilai aset tetap seiring berjalannya waktu. Aset tetap adalah aset yang digunakan dalam operasi bisnis selama jangka waktu yang lama dan memiliki nilai yang signifikan. Dalam proses produksi dan operasi bisnis, aset tetap dapat mengalami penurunan nilai karena penggunaannya, kerusakan atau usang. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan penyusutan secara berkala agar dapat menghitung pengurangan nilai aset dan mengganti aset yang rusak atau usang.

Metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan aset berbeda-beda dan dapat dipilih sesuai dengan situasi perusahaan. Salah satu metode yang paling umum digunakan adalah metode garis lurus, yang mengasumsikan bahwa nilai aset tetap menurun secara konstan setiap tahunnya selama masa umur manfaatnya. Selain itu, ada juga metode angka tahun dan metode unit produksi yang dapat digunakan untuk menghitung penyusutan.

Dalam artikel ini, akan dibahas lebih lanjut tentang cara menghitung penyusutan aset menggunakan berbagai metode dan bagaimana penggunaan penyusutan tersebut dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. Dengan memahami konsep penyusutan aset, perusahaan dapat mengelola aset tetapnya dengan lebih efektif dan efisien.

Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode Garis Lurus atau Straight Line Method adalah salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menghitung penyusutan atau depresiasi aset. Metode ini sangat sederhana dan mudah dipahami, sehingga banyak digunakan oleh perusahaan, terutama yang memiliki aset tetap dalam jumlah yang cukup besar.

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai aset tetap akan menurun secara konstan selama masa umur manfaatnya. Dengan kata lain, metode garis lurus membagi nilai aset tetap dengan jumlah tahun yang diharapkan untuk masa pakainya dan menggunakan hasilnya sebagai depresiasi tahunan. Dengan demikian, metode ini memungkinkan perusahaan untuk menghitung nilai aset tetap yang disusutkan dengan cara yang relatif mudah dan teratur.

Rumus Menghitung Depresiasi Penyusutan Metode Garis Lurus

Rumus untuk menghitung depresiasi atau penyusutan menggunakan metode garis lurus adalah sebagai berikut:

Depresiasi per tahun = (Harga perolehan - Nilai residu) / Umur ekonomis

Keterangan:

  1. Harga perolehan: adalah harga atau biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut, termasuk biaya pengiriman, pajak, dan biaya lain yang terkait dengan pembelian aset tersebut.
  2. Nilai residu merupakan nilai yang diperkirakan dari aset tersebut pada akhir umur ekonomisnya. Nilai residu ini dapat dinyatakan dalam bentuk persent dari harga perolehan atau bentuk nominal.
  3. Umur ekonomis: adalah jangka waktu yang diperkirakan di mana aset tersebut dapat memberikan manfaat ekonomis kepada perusahaan. Umur ekonomis dapat dinyatakan dalam tahun atau jumlah unit produksi.

Dengan rumus di atas, perusahaan dapat menghitung nilai depresiasi per tahunnya dan mengalokasikan biaya depresiasi tersebut ke laporan keuangan perusahaan setiap tahunnya. Nilai depresiasi tersebut kemudian akan berkurang secara linier dari tahun ke tahun hingga mencapai nilai residu pada akhir umur ekonomis aset.

Contoh Perhitungan Penyusutan Depresiasi Metode Garis Lurus

Sebagai contoh, flowdi consulting membeli mesin seharga Rp 100.000.000 dan memperkirakan umur ekonomis mesin tersebut selama 10 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 10.000.000, maka rumus untuk menghitung depresiasi per tahunnya adalah sebagai berikut:

Depresiasi per tahun = (Rp 100.000.000 - Rp 10.000.000) / 10 tahun

Depresiasi per tahun = Rp 9.000.000

Dengan demikian, perusahaan dapat mengalokasikan biaya depresiasi sebesar Rp 9.000.000 ke laporan keuangannya setiap tahun selama 10 tahun hingga mencapai nilai residu sebesar Rp 10.000.000 pada akhir umur ekonomis mesin tersebut.

Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Metode Saldo Menurun atau Declining Balance Method adalah salah satu metode alternatif yang digunakan untuk menghitung penyusutan atau depresiasi aset. Metode ini mengasumsikan bahwa nilai aset tetap akan menurun secara eksponensial setiap tahunnya selama masa umur manfaatnya.

Dalam metode ini, persentase depresiasi tetap, tetapi jumlah depresiasi yang dihitung pada setiap tahunnya semakin berkurang karena nilai aset yang tersisa semakin kecil. Oleh karena itu, metode ini sering juga disebut sebagai metode Saldo Menurun Tetap atau Fixed Declining Balance Method.

Meskipun metode ini mungkin lebih rumit daripada metode garis lurus, metode saldo menurun sering digunakan untuk aset yang lebih cepat mengalami penurunan nilai pada tahun-tahun awal umur manfaatnya. Hal ini disebabkan karena pada awal masa pakai, aset tetap biasanya lebih intensif digunakan dan terkena lebih banyak kerusakan atau keausan dibandingkan dengan pada akhir masa pakai.

Rumus Menghitung Depresiasi Penyusutan Metode Saldo Menurun

Rumus untuk menghitung depresiasi atau penyusutan menggunakan metode saldo menurun (declining balance method) adalah sebagai berikut:

Contoh Perhitungan Penyusutan Depresiasi Metode Saldo Menurun

Sebagai contoh, perusahaan membeli mesin seharga Rp 100.000.000 memperkirakan umur ekonomis mesin selama 10 tahun dengan nilai residu 10.000.000 dan depresiasi sebesar 20%.

Meode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)

Metode saldo menurun ganda (double declining balance method) adalah salah satu metode penghitungan penyusutan atau depresiasi yang sering digunakan dalam akuntansi. Metode ini mengasumsikan bahwa nilai aset akan mengalami penurunan nilai yang semakin cepat pada awal masa pemakaian dan akan melambat pada akhir masa pemakaian.

Metode saldo menurun ganda sering digunakan untuk menghitung penyusutan pada aset yang nilainya sangat besar pada awal pembelian dan cenderung mengalami penurunan nilai yang cepat pada awal masa pemakaian. Dalam metode ini, tingkat penyusutan aset pada setiap tahunnya akan dipercepat dibandingkan dengan metode garis lurus.

Pada metode saldo menurun ganda, nilai buku aset pada awal masa pemakaian akan dikurangi dengan tingkat depresiasi ganda. Setelah itu, nilai buku aset yang baru tersebut akan dikurangi dengan tingkat depresiasi ganda lagi pada tahun berikutnya, dan seterusnya.

Meskipun metode saldo menurun ganda dapat memberikan tingkat penyusutan yang lebih cepat pada awal masa pemakaian, namun metode ini juga dapat menghasilkan nilai sisa yang lebih rendah pada akhir masa pemakaian, karena nilai aset akan terdepresiasi dengan sangat cepat pada awal-awal masa pemakaian.

Sebelum menggunakan metode saldo menurun ganda, perusahaan perlu mempertimbangkan karakteristik aset yang dimilikinya dan memastikan bahwa metode ini memang cocok dan sesuai untuk digunakan pada jenis aset yang dimilikinya.

Rumus Menghitung Depresiasi Penyusutan Metode Saldo Menurun Ganda

Rumus untuk menghitung depresiasi penyusutan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda adalah sebagai berikut:

Depresiasi tahun pertama = (2 / masa manfaat) x nilai buku awal

Depresiasi tahun kedua = (2 / masa manfaat) x (nilai buku awal - depresiasi tahun pertama)

dan seterusnya, dengan rumus umum untuk depresiasi di tahun tertentu adalah:

Depresiasi tahun ke-n = (2 / masa manfaat) x (nilai buku awal - jumlah depresiasi tahun sebelumnya)

Keterangan:

  1. Masa manfaat: masa manfaat aset dalam tahun
  2. Nilai buku awal: nilai aset pada awal periode
  3. Jumlah depresiasi tahun sebelumnya: jumlah depresiasi yang telah dihitung dan dicatat pada akhir tahun sebelumnya

Nilai sisa (residu value) dapat dihitung dengan cara mengurangi nilai buku akhir dari nilai aset dengan biaya depresiasi yang sudah dihitung.

Contoh Perhitungan Penyusutan Depresiasi Metode Saldo Menurun Ganda

Misalkan sebuah perusahaan membeli sebuah mesin dengan harga Rp 100.000.000,- dan masa manfaat mesin tersebut adalah 5 tahun. Berikut ini adalah contoh perhitungan penyusutan depresiasi metode saldo menurun ganda pada tahun pertama hingga tahun ke-5:

Tahun pertama:

Depresiasi tahun pertama = (2 / 5) x 100.000.000 = 40.000.000

Tahun kedua:

Depresiasi tahun kedua = (2 / 5) x (100.000.000 - 40.000.000) = 24.000.000

Tahun ketiga:

Depresiasi tahun ketiga = (2 / 5) x (100.000.000 - 40.000.000 - 24.000.000) = 14.400.000

Tahun keempat:

Depresiasi tahun keempat = (2 / 5) x (100.000.000 - 40.000.000 - 24.000.000 - 14.400.000) = 8.640.000

Tahun kelima:

Depresiasi tahun kelima = (2 / 5) x (100.000.000 - 40.000.000 - 24.000.000 - 14.400.000 - 8.640.000) = 5.184.000

Dalam contoh ini, nilai buku awal pada mesin adalah Rp 100.000.000,-. Kemudian pada tahun pertama perusahaan mengalokasikan depresiasi sebesar Rp 40.000.000,-. Setelah depresiasi tahun pertama, nilai buku mesin menjadi Rp 60.000.000,-. Pada tahun kedua, perusahaan mengalokasikan depresiasi sebesar Rp 24.000.000,-. Setelah depresiasi tahun kedua, nilai buku mesin menjadi Rp 36.000.000,- dan seterusnya hingga tahun kelima.

Perhitungan nilai sisa (residu value) dapat dilakukan dengan cara mengurangi nilai buku akhir dari nilai aset dengan biaya depresiasi yang sudah dihitung, misalkan pada akhir tahun ke-5 nilai buku akhir mesin adalah Rp 15.654.400,- maka nilai sisa mesin tersebut adalah Rp 15.654.400,-.

Metode Unit Produksi aktifitas (Unit of Production Method)

Metode Unit Produksi atau Unit of Production Method adalah salah satu metode alternatif lainnya yang digunakan untuk menghitung penyusutan atau depresiasi aset. Metode ini mengasumsikan bahwa nilai aset tetap akan menurun secara proporsional dengan jumlah unit produksi yang dihasilkan oleh aset tersebut selama masa umur manfaatnya.

Metode ini biasanya digunakan untuk aset tetap yang digunakan dalam proses produksi, seperti mesin atau alat berat yang digunakan untuk memproduksi barang. Dalam metode ini, depresiasi dihitung berdasarkan jumlah unit produksi yang dihasilkan oleh aset tersebut selama satu tahun, dibagi dengan jumlah total unit produksi yang diharapkan selama masa umur manfaat aset tersebut.

Metode Unit Produksi sering dianggap lebih akurat daripada metode garis lurus atau metode saldo menurun, karena depresiasi yang dihitung tergantung pada penggunaan yang aktual dari aset tersebut. Dengan kata lain, semakin banyak aset digunakan, semakin cepat nilai aset akan berkurang dan semakin cepat pula depresiasi akan dihitung.

Metode Aktivitas atau Activity Method adalah salah satu metode alternatif yang digunakan untuk menghitung penyusutan atau depresiasi aset. Metode ini mengasumsikan bahwa nilai aset tetap akan menurun secara proporsional dengan jumlah aktivitas atau penggunaan yang dilakukan pada aset tersebut selama masa umur manfaatnya.

Metode ini biasanya digunakan untuk aset tetap yang digunakan dalam proses bisnis tertentu, seperti kendaraan yang digunakan untuk pengiriman barang, atau gedung yang digunakan untuk operasi bisnis. Dalam metode ini, depresiasi dihitung berdasarkan jumlah aktivitas yang dilakukan pada aset tersebut selama satu tahun, dibagi dengan jumlah total aktivitas yang diharapkan selama masa umur manfaat aset tersebut.

Metode Aktivitas dianggap lebih akurat daripada metode garis lurus atau metode saldo menurun, karena depresiasi yang dihitung tergantung pada penggunaan aktual dari aset tersebut. Dengan kata lain, semakin banyak aset digunakan untuk aktivitas bisnis, semakin cepat nilai aset akan berkurang dan semakin cepat pula depresiasi akan dihitung.

Rumus Menghitung Depresiasi Penyusutan Metode Unit Produksi

Rumus untuk menghitung depresiasi atau penyusutan menggunakan metode unit produksi (unit of production method) adalah sebagai berikut:

Depresiasi per unit = (Harga perolehan - Nilai residu) / Total unit produksi

Depresiasi per tahun = Depresiasi per unit x Jumlah unit produksi pada tahun tersebut

Keterangan:

  1. Harga perolehan: adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau memperoleh aset tetap tersebut.
  2. Nilai residu: adalah nilai yang diperkirakan dari aset tersebut pada akhir umur ekonomisnya. Nilai residu ini dapat dinyatakan dalam bentuk persentase dari harga perolehan atau dalam bentuk nominal.
  3. Total unit produksi: adalah jumlah unit yang diproduksi atau dipakai dalam proses produksi selama umur ekonomis aset tersebut.
  4. Jumlah unit produksi pada tahun tersebut: adalah jumlah unit yang diproduksi atau dipakai dalam proses produksi selama satu tahun tertentu.

Dengan rumus di atas, perusahaan dapat menghitung nilai depresiasi per tahunnya berdasarkan jumlah unit produksi pada tahun tersebut. Pada metode unit produksi, besarnya depresiasi aset akan bergantung pada jumlah produksi atau penggunaan aset tersebut pada setiap tahunnya.

Contoh Perhitungan Penyusutan Depresiasi Metode Unit Produksi

Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan membeli mesin seharga Rp 100.000.000 dan memperkirakan umur ekonomis mesin tersebut selama 10 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 10.000.000 dan memproduksi 10.000 unit produk selama umur ekonomis mesin tersebut, maka rumus untuk menghitung depresiasi per unitnya adalah sebagai berikut:

Depresiasi per unit = (Rp 100.000.000 - Rp 10.000.000) / 10.000 unit

Depresiasi per unit = Rp 9.000 per unit

Untuk menghitung depresiasi per tahunnya, perusahaan perlu mengetahui jumlah unit produksi pada tahun tersebut. Sebagai contoh, jika pada tahun pertama perusahaan memproduksi 1.000 unit produk, maka depresiasi per tahunnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Depresiasi per tahun = Depresiasi per unit x Jumlah unit produksi pada tahun tersebut

Depresiasi per tahun = Rp 9.000 x 1.000 unit

Depresiasi per tahun = Rp 9.000.000

Pada tahun kedua, nilai depresiasi akan dihitung berdasarkan jumlah unit produksi pada tahun tersebut dan seterusnya hingga mencapai nilai residu pada akhir umur ekonomis mesin tersebut.

Metode Unit Angka Tahun

Metode Unit Angka Tahun atau Unit of Time Method adalah salah satu metode yang digunakan untuk menghitung depresiasi atau penyusutan aset tetap. Metode ini menghitung depresiasi aset dengan memperhitungkan umur manfaat aset dan membaginya dengan jumlah tahun dalam masa umur manfaat tersebut.

Metode ini digunakan untuk menghitung depresiasi aset tetap yang tidak memiliki aktivitas yang terukur dengan jelas, seperti gedung atau peralatan kantor. Dalam metode ini, depresiasi dihitung berdasarkan jumlah tahun yang diharapkan untuk penggunaan penuh dari aset tersebut.

Dalam metode ini, nilai aset akan berkurang secara linier setiap tahunnya. Nilai depresiasi yang dihitung akan sama setiap tahunnya dan dihitung dengan cara membagi nilai aset dengan jumlah tahun umur manfaat aset tersebut.

Meskipun metode ini sederhana dan mudah dipahami, namun kekurangan dari metode ini adalah tidak memperhitungkan faktor-faktor seperti penggunaan aktual atau perawatan dan perbaikan yang dilakukan pada aset tersebut. Sehingga, metode ini sering dianggap kurang akurat dibandingkan dengan metode lain seperti metode aktivitas atau metode saldo menurun.

Rumus Menghitung Depresiasi Penyusutan Metode Angka Tahun

Rumus untuk menghitung depresiasi atau penyusutan menggunakan metode angka tahun (sum-of-years-digits method) adalah sebagai berikut:

Depresiasi per tahun = (Harga perolehan - Nilai residu) x (Umur ekonomis - Tahun dihitung + 1) / (1 + 2 + 3 + ... + Umur ekonomis)

Keterangan:

  1. Harga perolehan: adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau memperoleh aset tetap tersebut.
  2. Nilai residu adalah nilai sisa yang diperkirakan dari aset tersebut pada akhir umur manfaat. Nilai residu ini dapat sebesar persentase dari harga perolehan atau dalam bentuk nominal.
  3. Umur ekonomis: adalah periode waktu yang diharapkan dari awal penggunaan atau pemakaian aset sampai akhir umur manfaatnya.
  4. Tahun dihitung: adalah tahun tertentu yang ingin dihitung nilai depresiasinya.

Rumus di atas menunjukkan bahwa besarnya depresiasi akan lebih tinggi pada tahun-tahun awal penggunaan aset dan akan semakin kecil di tahun-tahun selanjutnya. Hal ini disebabkan karena aset memiliki nilai sisa yang semakin rendah dan sudah terdepreciate pada tahun-tahun sebelumnya.

Contoh Perhitungan Penyusutan Depresiasi Metode Angka Tahun

Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan membeli mesin seharga Rp 100.000.000 dan memperkirakan umur ekonomis mesin tersebut selama 10 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 10.000.000, maka rumus untuk menghitung depresiasi per tahunnya adalah sebagai berikut:

Depresiasi per tahun = (Rp 100.000.000 - Rp 10.000.000) x (10 - Tahun dihitung + 1) / (1 + 2 + 3 + ... + 10)

Misalnya, jika perusahaan ingin menghitung depresiasi pada tahun ke-3, maka rumusnya menjadi:

Depresiasi per tahun = (Rp 100.000.000 - Rp 10.000.000) x (10 - 3 + 1) / (1 + 2 + 3 + ... + 10)

Depresiasi per tahun = Rp 9.000.000

Dalam hal ini, perusahaan akan mengalokasikan Rp 9.000.000 sebagai biaya depresiasi pada tahun ke-3. Perusahaan akan melakukan perhitungan serupa pada tahun-tahun berikutnya dengan menyesuaikan dengan tahun dihitung.

Metode Revaluasi (Revaluation Method)

Metode Revaluasi atau Revaluation Method adalah salah satu metode alternatif yang digunakan untuk menghitung nilai aset tetap dalam laporan keuangan. Metode ini dilakukan dengan cara menentukan kembali nilai aset berdasarkan nilai pasar saat ini atau nilai yang dapat diharapkan pada masa yang akan datang.

Metode Revaluasi biasanya dilakukan pada aset tetap yang memiliki nilai pasar yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu, seperti properti atau tanah. Dalam metode ini, nilai aset akan dihitung ulang secara periodik, biasanya setiap tahun atau setiap beberapa tahun sekali, untuk memperhitungkan nilai pasar saat ini.

Dalam hal ini, perusahaan harus memperkirakan nilai pasar aset dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi harga pasar, seperti permintaan dan penawaran di pasar, biaya perawatan dan perbaikan, serta umur manfaat aset. Setelah nilai aset dihitung ulang, selisih antara nilai awal aset dengan nilai yang dihitung ulang akan diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan keuangan.

Dalam menghitung depresiasi atau penyusutan aset, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan seperti metode garis lurus, saldo menurun, unit produksi, angka tahun, aktivitas, dan revaluasi. Masing-masing metode memiliki rumus yang berbeda-beda namun tujuannya sama yaitu untuk mengalokasikan biaya aset yang sudah terdepresiasi secara merata dalam periode waktu tertentu. Dalam prakteknya, perusahaan harus memilih metode yang paling sesuai dengan jenis aset dan kebutuhan perusahaan serta sesuai dengan regulasi yang berlaku.


Komentar