Rumus Cara Menghitung Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan salah satu alat analisis keuangan yang penting untuk menilai efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya. Dengan menghitung rasio ini, kita dapat mengetahui seberapa cepat dan efektif perusahaan mengelola piutang, persediaan, serta aset tetap untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini penting bagi manajemen dan investor dalam pengambilan keputusan.
Ada beberapa jenis rasio aktivitas yang umum digunakan, seperti perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aset tetap, dan total perputaran aset. Masing-masing memiliki rumus dan kegunaan tersendiri dalam mengevaluasi aspek tertentu dari kinerja operasional perusahaan. Pemahaman yang baik terhadap rumus dan interpretasinya dapat membantu menilai efisiensi operasional secara menyeluruh.
Dalam praktiknya, menghitung rasio aktivitas tidak hanya berguna untuk menilai efisiensi internal, tetapi juga untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan kompetitor atau standar industri. Oleh karena itu, memahami cara menghitung dan menganalisis rasio-rasio ini merupakan langkah penting dalam evaluasi keuangan yang komprehensif. Selanjutnya, akan dijelaskan berbagai rumus yang digunakan dalam menghitung rasio aktivitas.
Pengertian Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan atau pendapatan. Rasio ini menunjukkan kecepatan perputaran berbagai komponen aset, seperti persediaan, piutang, dan aset tetap, dalam operasional bisnis sehari-hari. Semakin tinggi perputaran, biasanya menandakan efisiensi yang lebih baik.
Dengan menganalisis rasio aktivitas, perusahaan dapat mengevaluasi apakah sumber daya yang dimiliki sudah dimanfaatkan secara optimal atau masih terdapat pemborosan. Rasio ini juga berguna untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, seperti pengelolaan persediaan atau penagihan piutang. Oleh karena itu, rasio aktivitas penting bagi manajemen, investor, dan analis keuangan dalam menilai kinerja operasional perusahaan.
Rasio Aktivitas Menurut Para Ahli
Untuk memahami konsep rasio aktivitas secara lebih mendalam, penting untuk merujuk pada pendapat para ahli di bidang keuangan. Penjelasan dari para pakar dapat memberikan sudut pandang teoritis sekaligus praktis tentang bagaimana rasio ini digunakan untuk menilai efisiensi perusahaan dalam mengelola asetnya.
Setiap ahli mungkin memiliki penekanan yang berbeda dalam mendefinisikan rasio aktivitas, tergantung pada konteks penggunaan dan fokus analisisnya. Dengan membandingkan beberapa definisi tersebut, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih utuh mengenai peran penting rasio aktivitas dalam analisis laporan keuangan perusahaan.
Menurut Kasmir (2016)
Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya atau aset yang dimilikinya. Kasmir menjelaskan bahwa rasio ini dapat menunjukkan seberapa cepat aset tersebut berputar dalam satu periode akuntansi tertentu.
Kasmir juga menambahkan bahwa rasio aktivitas penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah mengelola persediaan, piutang, dan aset tetapnya secara efektif. Semakin cepat perputaran, maka semakin baik efisiensi penggunaan aset oleh perusahaan.
Menurut Harahap (2011)
Menurut Sofyan Syafri Harahap, rasio aktivitas menggambarkan tingkat aktivitas aset atau perputaran aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini membantu dalam mengevaluasi efektivitas operasional perusahaan dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya.
Harahap menekankan bahwa rasio ini digunakan sebagai indikator seberapa produktif perusahaan dalam mengelola modal kerja dan investasi jangka panjang. Rasio aktivitas yang tinggi menunjukkan efisiensi, sedangkan rasio yang rendah bisa menjadi sinyal adanya pemborosan aset.
Menurut Munawir (2010)
Munawir menyatakan bahwa rasio aktivitas adalah alat ukur efisiensi penggunaan sumber daya yang dipakai dalam kegiatan operasional perusahaan, terutama aset lancar dan tetap. Rasio ini berperan dalam melihat kecepatan konversi aset menjadi kas melalui penjualan.
Ia menekankan pentingnya analisis tren rasio aktivitas dari waktu ke waktu, agar perusahaan dapat mengetahui apakah efisiensinya meningkat atau menurun. Rasio ini juga dapat dibandingkan antar perusahaan untuk mengukur daya saing operasional.
Macam Jenis Rasio Aktifitas
Rasio aktivitas memiliki beberapa jenis yang masing-masing fokus pada aspek tertentu dalam pengelolaan aset perusahaan. Setiap jenis rasio memberikan gambaran spesifik mengenai efisiensi penggunaan aset, seperti seberapa cepat perusahaan menjual persediaannya atau seberapa efektif dalam menagih piutang dari pelanggan.
Dengan memahami berbagai macam rasio aktivitas, analis keuangan dan manajemen dapat mengevaluasi kinerja operasional secara menyeluruh. Jenis-jenis rasio ini tidak hanya membantu dalam pengambilan keputusan internal, tetapi juga bermanfaat bagi investor untuk menilai potensi dan stabilitas perusahaan di pasar.
Inventory Turnover / Perputaran Persediaan
Rasio perputaran persediaan (Inventory Turnover) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa sering suatu perusahaan menjual dan mengganti persediaannya dalam satu periode tertentu. Rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola persediaan barang dagangan atau bahan baku selama operasional bisnis.
Semakin tinggi nilai perputaran persediaan, berarti semakin cepat barang terjual dan berganti. Hal ini dapat menandakan bahwa perusahaan memiliki sistem penjualan dan pengelolaan stok yang baik. Sebaliknya, rasio yang rendah menunjukkan lambatnya perputaran barang, yang bisa mengindikasikan penumpukan stok atau rendahnya permintaan pasar.
Inventory Turnover biasanya dihitung dengan membagi harga pokok penjualan (HPP) dengan rata-rata persediaan dalam satu periode. Rasio ini penting bagi manajemen untuk menghindari kelebihan persediaan yang dapat menambah biaya penyimpanan serta risiko kerusakan atau kedaluwarsa. Selain itu, rasio ini juga membantu investor dalam menilai efektivitas operasional perusahaan.
Days Inventory Outstanding / Lama Barang Tersimpan
Average persediaan tersimpan, atau dikenal juga sebagai Days Inventory Outstanding (DIO), adalah rasio yang menunjukkan rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual seluruh persediaan yang dimilikinya. Rasio ini membantu mengukur efisiensi pengelolaan stok dan kecepatan perputaran barang dalam operasional perusahaan.
Semakin kecil angka lama barang tersimpan, semakin cepat perusahaan mampu mengubah persediaan menjadi penjualan. Ini menandakan bahwa manajemen persediaan berjalan efektif. Sebaliknya, jika angka ini besar, bisa jadi ada masalah dalam penjualan atau terlalu banyak stok yang menumpuk dan belum terjual dalam waktu lama.
Dengan mengetahui angka ini, perusahaan bisa mengambil keputusan yang lebih tepat dalam pengadaan, penyimpanan, atau promosi produk. Rasio ini juga sangat penting dalam industri dengan produk yang mudah rusak atau memiliki siklus hidup pendek.
Receivable Turnover / Perputaran Piutang
Receivable Turnover atau Perputaran Piutang adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam menagih piutang dari pelanggan dalam suatu periode. Rasio ini menunjukkan seberapa sering piutang usaha dikonversi menjadi kas atau penjualan selama satu tahun.
Rasio perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan cepat dalam menagih piutangnya, yang berarti arus kas berjalan lancar dan risiko piutang tak tertagih relatif rendah. Sebaliknya, rasio yang rendah bisa menandakan adanya masalah dalam penagihan atau kebijakan kredit yang terlalu longgar terhadap pelanggan.
Rasio ini penting untuk mengevaluasi kebijakan kredit perusahaan dan efisiensi tim penagihan. Dengan memahami rasio ARTO, manajemen dapat memperbaiki strategi kredit, mempercepat arus kas, dan mengurangi risiko piutang macet.
Receivable Collection Periode
Receivable Collection Period adalah rasio keuangan yang menunjukkan rata-rata waktu (dalam hari) yang dibutuhkan perusahaan untuk menagih piutang dari pelanggannya setelah penjualan dilakukan. Rasio ini memberi gambaran tentang seberapa cepat perusahaan mengubah piutang menjadi kas.:
Semakin pendek periode penagihan piutang, semakin baik bagi perusahaan karena dana lebih cepat tersedia untuk operasional. Sebaliknya, jika periode terlalu lama, hal ini bisa mengganggu arus kas dan menunjukkan adanya risiko dalam pengelolaan kredit atau keterlambatan pembayaran dari pelanggan.
Dengan menggunakan rasio ini, manajemen dapat mengevaluasi efektivitas kebijakan kredit dan penagihan. Rasio ini juga menjadi indikator penting dalam menilai kesehatan arus kas dan efisiensi operasional perusahaan, khususnya pada sektor bisnis yang mengandalkan penjualan kredit.
Assets Turnover / Perputaran Aset / TATO
Assets Turnover atau Perputaran Aset adalah rasio yang mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini menunjukkan berapa kali total aset yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menghasilkan penjualan dalam suatu periode. Rasio ini sangat berguna untuk menilai efektivitas operasional dan penggunaan sumber daya perusahaan.
Semakin tinggi nilai perputaran aset, semakin efisien perusahaan dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk menghasilkan pendapatan. Rasio yang rendah bisa mengindikasikan bahwa perusahaan tidak menggunakan asetnya secara optimal atau memiliki aset yang tidak produktif. Hal ini dapat menunjukkan adanya pemborosan atau ketidakefisienan dalam pengelolaan sumber daya.
Rasio ini juga membantu perusahaan untuk membandingkan kinerja mereka dengan pesaing atau standar industri. Dengan menganalisis TATO, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam pengelolaan aset dan strategi pengembangan bisnis ke depan.
Working Capital Turnover
Working Capital Turnover adalah rasio keuangan yang mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan modal kerja (working capital) untuk menghasilkan pendapatan. Modal kerja dihitung sebagai selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar. Rasio ini memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya jangka pendeknya untuk mendukung operasional dan penjualan.
Semakin tinggi nilai rasio working capital turnover, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal kerja untuk menghasilkan pendapatan. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan dengan modal kerja yang lebih sedikit. Sebaliknya, rasio yang rendah bisa menunjukkan bahwa perusahaan memiliki modal kerja yang tidak produktif atau terlalu banyak dana yang terikat dalam aset lancar.
Rasio ini penting untuk menilai manajemen modal kerja dan memberikan informasi mengenai likuiditas serta efisiensi perusahaan. Dengan memahami rasio ini, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pengelolaan modal kerja dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
Cara Menghitung Rasio Aktivitas
Menghitung rasio aktivitas adalah langkah penting dalam analisis keuangan untuk menilai efisiensi operasional perusahaan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mengelola asetnya dalam menghasilkan penjualan dan pendapatan. Dengan menghitung rasio aktivitas, perusahaan dapat memperoleh wawasan yang lebih baik mengenai seberapa efektif mereka dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
Proses menghitung rasio aktivitas melibatkan penggunaan berbagai rumus yang disesuaikan dengan jenis rasio yang ingin dianalisis, seperti perputaran persediaan, perputaran piutang, atau perputaran aset. Masing-masing rumus memberikan gambaran mengenai aspek tertentu dari operasional perusahaan yang perlu diperbaiki atau dipertahankan.
Penting bagi perusahaan untuk memahami cara menghitung rasio aktivitas dengan tepat, karena rasio ini dapat menunjukkan kekuatan atau kelemahan dalam pengelolaan sumber daya. Dengan informasi tersebut, manajemen dapat membuat keputusan yang lebih informasional dan strategis, serta dapat mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas perusahaan.
Rumus Rasio Aktivitas
Rumus rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan pendapatan. Dengan menghitung rasio aktivitas, perusahaan dapat mengetahui seberapa cepat persediaan terjual, seberapa cepat piutang ditagih, atau seberapa efektif aset perusahaan digunakan dalam operasional sehari-hari.
Setiap jenis rasio aktivitas memiliki rumus yang berbeda, bergantung pada elemen yang diukur. Misalnya, rasio perputaran persediaan menghitung berapa kali persediaan perusahaan berputar dalam satu periode, sementara rasio perputaran piutang menilai seberapa cepat perusahaan dapat mengumpulkan piutang dari pelanggan. Memahami rumus-rumus ini sangat penting untuk analisis kinerja operasional.
Rumus rasio aktivitas memberikan informasi yang krusial dalam mengidentifikasi area yang perlu perbaikan dalam pengelolaan sumber daya perusahaan. Dengan menerapkan rumus yang tepat, manajemen dapat meningkatkan pengelolaan aset dan membuat keputusan yang lebih strategis. Analisis rasio aktivitas membantu perusahaan untuk tetap kompetitif dan menjaga efisiensi dalam menjalankan operasi bisnis.
Rumus Inventory Turnover Rasio
Inventory Turnover atau Rasio Perputaran Persediaan adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa sering perusahaan menjual dan mengganti persediaannya dalam suatu periode tertentu. Rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola persediaan barang dagangan atau bahan baku selama operasional bisnis.
Rumus Inventory Turnover adalah sebagai berikut:
Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan (HPP) / Rata-Rata Persediaan
Harga Pokok Penjualan (HPP) mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli barang yang dijual selama periode tertentu. Sedangkan rata-rata persediaan dihitung dengan menjumlahkan persediaan pada awal dan akhir periode, lalu dibagi dua.
Contoh Penghitungan Inventory Turnover
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar Rp1.200.000.000 dan rata-rata persediaan sebesar Rp400.000.000. Untuk menghitung Inventory Turnover, gunakan rumus berikut:
Inventory Turnover = HPP / Rata-Rata Persediaan = Rp1.200.000.000 / Rp400.000.000 = 3
Dengan demikian, perusahaan memiliki rasio perputaran persediaan sebesar 3, yang berarti perusahaan dapat mengganti persediaannya sebanyak 3 kali dalam periode tersebut.
Analisis Inventory Turnover
Inventory Turnover yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan dapat menjual persediaannya dengan cepat, yang berarti pengelolaan persediaan berjalan efisien dan barang tidak terlalu lama terjebak di gudang. Sebaliknya, rasio yang rendah bisa mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki stok yang berlebihan atau barang yang lambat terjual, yang dapat meningkatkan biaya penyimpanan dan mengurangi profitabilitas.
Rumus Average Persedian Tersimpan
Average Persediaan Tersimpan atau Lama Barang Tersimpan adalah rasio yang digunakan untuk mengukur rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual persediaannya. Rasio ini memberikan gambaran seberapa cepat barang dapat terjual dan digantikan dalam suatu periode tertentu, yang membantu dalam mengevaluasi efisiensi pengelolaan persediaan.
Rumus Average Persediaan Tersimpan adalah sebagai berikut:
Lama Barang Tersimpan = 365 / Inventory Turnover
Inventory Turnover adalah rasio yang mengukur seberapa sering persediaan perusahaan berputar dalam satu tahun. Dengan membagi 365 hari dengan Inventory Turnover, kita dapat mengetahui berapa hari rata-rata barang berada di gudang sebelum terjual.
Contoh Penghitungan Lama Barang Tersimpan
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki Inventory Turnover sebesar 5. Untuk menghitung Lama Barang Tersimpan, gunakan rumus berikut:
Lama Barang Tersimpan = 365 / Inventory Turnover = 365 / 5 = 73 hari
Dengan demikian, perusahaan memiliki rata-rata lama barang tersimpan selama 73 hari sebelum terjual.
Analisis Lama Barang Tersimpan
Lama Barang Tersimpan yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan dapat menjual barangnya dengan cepat, yang berarti pengelolaan persediaan efisien dan mengurangi biaya penyimpanan. Sebaliknya, jika periode ini terlalu lama, bisa menandakan adanya masalah dalam penjualan atau overstocking, yang berpotensi menyebabkan pemborosan biaya dan penyusutan nilai barang.
Rumus Receivable Turnover
Receivable Turnover atau Perputaran Piutang (Accounts Receivable Turnover / ARTO) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam mengelola piutang usaha yang dimilikinya. Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan berhasil mengumpulkan piutang dari pelanggan dalam satu periode, biasanya dalam satu tahun.
Rumus Receivable Turnover adalah sebagai berikut:
Receivable Turnover = Penjualan Kredit Bersih / Rata-Rata Piutang Usaha
Penjualan Kredit Bersih adalah total penjualan yang dilakukan dengan sistem kredit selama periode tertentu, sementara Rata-Rata Piutang Usaha dihitung dengan menjumlahkan piutang pada awal dan akhir periode, lalu dibagi dua.
Contoh Penghitungan Receivable Turnover
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki Penjualan Kredit Bersih sebesar Rp1.000.000.000 dan Rata-Rata Piutang Usaha sebesar Rp250.000.000. Untuk menghitung Receivable Turnover, gunakan rumus berikut:
Receivable Turnover = Penjualan Kredit Bersih / Rata-Rata Piutang Usaha = Rp1.000.000.000 / Rp250.000.000 = 4
Dengan demikian, perusahaan memiliki rasio perputaran piutang sebesar 4, yang berarti perusahaan berhasil mengumpulkan piutang dari pelanggan sebanyak 4 kali dalam satu tahun.
Analisis Receivable Turnover
Rasio perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengumpulkan piutang dengan cepat, yang berarti arus kas perusahaan stabil. Sebaliknya, rasio yang rendah bisa menunjukkan masalah dalam pengelolaan piutang, seperti keterlambatan pembayaran oleh pelanggan atau kebijakan kredit yang terlalu longgar. Rasio ini sangat penting untuk menilai likuiditas perusahaan dan efisiensi dalam pengelolaan piutang.
Rumus Receivable Collection Periode
Receivable Collection Period atau Periode Pengumpulan Piutang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk mengumpulkan piutang dari pelanggan. Rasio ini membantu perusahaan dalam menilai efisiensi proses pengumpulan piutang dan memberikan gambaran tentang likuiditas perusahaan.
Rumus Receivable Collection Period adalah sebagai berikut:
Receivable Collection Period = 365 / Receivable Turnover
Receivable Turnover adalah rasio yang mengukur seberapa sering perusahaan dapat mengumpulkan piutang dari pelanggan dalam satu tahun. Dengan membagi 365 hari dengan Receivable Turnover, kita dapat mengetahui rata-rata periode waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan seluruh piutang.
Contoh Penghitungan Receivable Collection Period
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki Receivable Turnover sebesar 6. Untuk menghitung Receivable Collection Period, gunakan rumus berikut:
Receivable Collection Period = 365 / Receivable Turnover = 365 / 6 = 60,83 hari
Dengan demikian, perusahaan membutuhkan waktu rata-rata sekitar 61 hari untuk mengumpulkan piutang dari pelanggan.
Analisis Receivable Collection Period
Periode pengumpulan piutang yang lebih pendek menunjukkan bahwa perusahaan lebih cepat dalam mengumpulkan piutang, yang memperbaiki arus kas dan mengurangi risiko kebangkrutan. Sebaliknya, periode yang panjang bisa menunjukkan adanya masalah dalam pengelolaan piutang, seperti piutang yang terlambat dibayar oleh pelanggan atau pengendalian kredit yang lemah, yang bisa berpengaruh negatif pada likuiditas perusahaan.
Rumus Assets Turnover
Assets Turnover atau Perputaran Aset (TATO) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak penjualan yang dihasilkan dari setiap unit aset yang dimiliki perusahaan selama suatu periode.
Rumus Assets Turnover adalah sebagai berikut:
Assets Turnover = Penjualan Bersih / Total Aset
Penjualan Bersih adalah total pendapatan dari penjualan yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu, sementara Total Aset adalah jumlah keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan pada periode yang sama.
Contoh Penghitungan Assets Turnover
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki Penjualan Bersih sebesar Rp2.000.000.000 dan Total Aset sebesar Rp800.000.000. Untuk menghitung Assets Turnover, gunakan rumus berikut:
Assets Turnover = Penjualan Bersih / Total Aset = Rp2.000.000.000 / Rp800.000.000 = 2,5
Dengan demikian, perusahaan memiliki rasio perputaran aset sebesar 2,5, yang berarti perusahaan menghasilkan Rp2,5 penjualan untuk setiap Rp1 aset yang dimilikinya.
Analisis Assets Turnover
Assets Turnover yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan penjualan yang baik dari aset yang dimilikinya, yang mencerminkan efisiensi pengelolaan aset. Sebaliknya, rasio yang rendah bisa mengindikasikan bahwa perusahaan kurang efisien dalam menggunakan aset untuk menghasilkan pendapatan, atau mungkin memiliki aset yang terlalu besar dibandingkan dengan volume penjualan yang dihasilkan.
Rumus Working Capital Turnover
Working Capital Turnover adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam menggunakan modal kerja (working capital) untuk menghasilkan pendapatan. Modal kerja adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar perusahaan, yang menunjukkan sumber daya yang tersedia untuk operasional sehari-hari.
Rumus Working Capital Turnover adalah sebagai berikut:
Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / Modal Kerja
Penjualan Bersih adalah total pendapatan yang dihasilkan dari penjualan barang dan jasa selama periode tertentu, sementara Modal Kerja dihitung dengan mengurangi Kewajiban Lancar dari Aset Lancar perusahaan.
Contoh Penghitungan Working Capital Turnover
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki Penjualan Bersih sebesar Rp3.000.000.000 dan Modal Kerja sebesar Rp750.000.000. Untuk menghitung Working Capital Turnover, gunakan rumus berikut:
Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / Modal Kerja = Rp3.000.000.000 / Rp750.000.000 = 4
Dengan demikian, perusahaan memiliki rasio perputaran modal kerja sebesar 4, yang berarti perusahaan dapat menghasilkan Rp4 penjualan untuk setiap Rp1 modal kerja yang digunakan.
Analisis Working Capital Turnover
Working Capital Turnover yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan modal kerjanya secara efisien untuk menghasilkan penjualan. Sebaliknya, rasio yang rendah bisa menunjukkan bahwa perusahaan kurang efisien dalam menggunakan modal kerja, yang dapat berisiko terhadap likuiditas dan operasional sehari-hari. Rasio ini membantu mengevaluasi seberapa baik perusahaan mengelola aset lancar dan kewajiban lancarnya.